Faktanya, kini semakin banyak yang berbisnis lewat Facebook. Anda yang memiliki akun Facebook mungkin sudah mengetahui hal ini, pastinya mereka yang pernah diadd (diminta bergabung) oleh toko-toko online.
Beraneka barang ditawarkan, mulai baju, tas, sampai kamar hotel. Cara memasarkannya tak berbeda dari saat Anda bercengkerama lewat Facebook, membuat akun terlebih dahulu, lalu mengunggah foto-foto barang yang dijual.
Para penjual lalu men-tag foto barang kepada teman Facebooknya sehingga barang bisa dilihat orang yang bukan teman online si penjual. Setelah itu, selamat datang di "toko online."
"Awalnya karena lihat banyak buku yang membahas berdagang lewat Facebook, jadi kami tertarik untuk mencoba," kata Yulita Andita Putri, juragan Aisuki Shop Full.
Perempuan lajang ini berjualan lewat Facebook sejak lima bulan lalu. Sebelumnya dia menggunakan Multiply untuk menawarkan jualannya itu.
Putri berjualan baju, dompet, tas, tempat telepon genggam, jam tangan dan aksesoris, namun ia enggan menyebutkan asal barang-barang jualannya ini.
Pengalaman serupa dialami Nurul Widaninggar Sagiastuti, pemilik toko online Dasterholic Shop, yang juga awalnya membuka toko online di Multiply.
"Lama-lama saya berpikir bahwa tidak semua konsumen saya punya akun di Multiply. Akhirnya saya mencoba untuk memperlebar bisnis saya ke Facebook," kata Wiwid, demikian panggilan keseharian perempuan ini.
Kepuasan pelanggan
Meskipun sudah memiliki toko di dunia maya, para pemilik toko online tetap ingin memiliki toko di dunia nyata.
"Ada rencana membuka toko di depan rumah saya, Insya Allah tahun depan terwujud," kata Karmilasari, pemilik toko online Faris Collection.
Saat ini Mila, sapaan akrabnya, sedang membangun rumah, dan sudah merancang denah tokonya.
Putri malah melebarkan sayap dengan memanfaatkan pula jejaring sosial populer lainnya, Twitter.
Toko online yang dikelola Wiwid, Putri dan Mila, bertebaran di jejaring sosial Facebook. Mereka memiliki trik untuk menghadapi persaingan, dengan aktif berpromosi, rajin memperbarui barang, dan melayani secepat dan setepat mereka bisa.
Mereka orang-orang optimistis. Mereka semua percaya rejeki sudah ada yang mengatur sehingga tak perlu berbisnis dengan cara kotor, sebaliknya tetap jujur kepada konsumen.
Yang kerap dikeluhkan pelanggan adalah barang-barang yang dipesan acap tak sesuai dengan keinginan mereka.
"Kalau konsumen minta barang ditukar karena terlalu besar ukurannya, mereka yang menanggung ongkos kirim," kata Mila yang berjualan baju itu.
Sebaliknya, jika barang rusak saat pengiriman, penjualah yang menanggung kerugian itu. Mereka sangat memanjakan konsumennya, karena bagi mereka, kepuasan pelanggang adalah yang utama.
"Walaupun bukan salah kami, tapi barang tetap kita tukar dengan yang baru," kata Putri.
Bagi waktu
Mereka ada di rumah. Bedanya, rumah ketiga perempuan muda itu kini berubah bagai terminal niaga, tempat pembeli dan penjual bertemu.
Dan berbeda dari bisnis biasa, toko online itu senyap dari suara, sementara penjualnya bekerja tak terikat oleh waktu, apalagi sampai harus memelototi komputer delapan jam sehari seperti umum dilakukan pegawai kantoran.
Satu lagi, mereka bisa bertransaksi sambil menemani anak bermain, memasak, atau menunaikan kewajiban-kewajiban rumah tangga lainnya.
Baik Wiwid maupun Mila sudah menikah. Keduanya berjualan sambil mengerjakan fungsi alami perempuan, seorang ibu rumah tangga.
Mereka tetap dituntut harus pandai mengelola waktu. Wiwid mengatakan, membagi waktu antara urusan rumah tangga dan bisnis itu gampang-gampang susah. Wiwid sendiri baru online setelah anaknya pulang dari playgruop (kelompok bermain).
Jangan sepelekan pula peran dan dukungan suami.
"Suami saya sangat mendukung, sampai-sampai dia membelikan laptop dan pasang internet," kata Mila.
Suami Mila yang bekerja sebagai kosultan arsitektur memang menginginkannya tinggal di rumah agar bisa mengurus dua buah hati mereka.
Lain dengan suami Wiwid yang mulanya tidak mendukung impian sang istri.
"Awalnya suami pesimis saya mampu apa tidak, tapi lama-kelamaan suami melihat kemampuan saya dan mendukung," kata Wiwid.
Suami Wiwid bahkan gantian mengawasi anak semata wayangnya manakala Wiwid sibuk melayani pembeli onlinenya.
"Mudah-mudahan saya nanti bisa pakai asisten," kata Wiwid, yang saat ini sendirian mengelola toko online-nya.
Labels: terhubungkan
0 comments:
Post a Comment