Wednesday, May 26, 2010

Semut dan Belalang


SemutPada suatu hari dunia serangga hiduplah Semut dan Belalang. Semut adalah sosok yang rajin. Pada musim panas ia bekerja keras sekuat tenaga. Kegagalan demi kegagalan ia dapati, tetapi semut tidak menyerah. Akhirnya semut pun berhasil mendirikan banyak perusahaan dan mengumpulkan banyak uang. Uang-uang tersebut hanya ia gunakan sebatas keperluan saja, sehingga tabungan dan depositonya pun menumpuk di bank.

Belalang juga sosok yang rajin. Ia juga seorang pekerja keras. Tetapi ia jarang menabung. Seluruh uangnya dihabiskan begitu saja untuk memuaskan keinginannya. Belalang juga sering mentertawakan prinsip Semut tersebut. “Hidup hanya sekali, maka dinikmati saja!” katanya.
Beberapa bulan kemudian, saat musim dingin tiba semua sektor pertanian harus berhenti. Salju turun terus menerus setiap hari. Krisis ekonomi pun mulai melanda negeri serangga. Selanjutnya dapat di tebak, bisnis Belalang juga ikut jatuh. Belalang menjadi miskin dan mulai hidup di jalanan.

Tetapi Belalang adalah serangga cerdas. Dengan perencanaan yang matang, Belalang mulai menulis di koran-koran tentang bagaimana mewahnya kehidupan si Semut sementara ada serangga-serangga lain termasuk Belalang yang sedang kelaparan. Dengan bantuan mantan rekan-rekan bisnisnya, Belalang menggelar konferensi pers dengan tema “Kenapa di negeri yang kaya ini masih ada Belalang yang kelaparan?” Semua wacana yang ia buat saat konferensi pers tersebut ditujukan untuk menyerang kaum kapitalis termasuk si Semut.

SSTI, SSTV, dan beberapa TV swasta lain mulai mengangkat kehidupan Belalang dengan menampilkan video kehidupan Belalang yang memprihatinkan separuh layar, kemudian pada separuh layar yang lain ditampilkan kehidupan Semut yang penuh kemewahan. Bahkan, Jangkrik Fals seorang penyanyi terkenal – juga ikut mendukung gerakan Belalang. Pada berbagai acara televisi jangkrik menyanyikan lagu “Tidak mudah menjadi hijau”.

Dalam sebuah wawancara di program televisi yang cukup terkenal Seribu Mata, Ketua DPS (Dewan Perwakilan Serangga) Nyamuk Alie menyatakan bahwa ia sangat simpati dengan hal ini. Akhirnya sidang DPS pun digelar dan mereka memutuskan untuk menaikkan pajak pada serangga-serangga yang sangat kaya, termasuk Semut.

Tetapi gerakan si Belalang tidak berhenti sampai di sini saja, berbagai usaha ia lakukan lagi agar dapat mengakuisisi seluruh kekayaan Semut. Belalang juga mulai berteriak di berbagai media bahwa Perusahaan-perusahaan milik Semut adalah biang utama kemiskinan di negara serangga. Sekali lagi, usaha ini didukung oleh banyak pihak termasuk pers. Pemerintah pun geram, seluruh kekayaan Semut di sita oleh negara. Separuh perusahaan milik Semut termasuk rumah mewahnya diberikan kepada Belalang. Belalang yang saat ini telah dianggap sebagai “Pahlawan Kemiskinan” dianggap lebih pantas mengelola itu semua.

Akhirnya beberapa bulan kemudian musim dingin pun berakhir. Belalang mulai keblinger dengan kekayaan. Ia mulai terjerat narkoba, perusahaannya pun bangkrut satu per satu. Akhirnya Belalang jatuh miskin. Tidak ada yang mengenalinya saat Belalang tewas di pinggir jalan akibat overdosis. Lalu bagaimana dengan Semut? tidak ada kabar yang pasti tentang ini. Beberapa serangga bilang bahwa Semut telah pindah ke negeri seberang dan merintis usaha barunya di sana.
(Terinspirasi oleh dongeng klasik “The Ant and the Grasshoper” oleh Aeosop)

0 comments:

Post a Comment