skip to main |
skip to sidebar
Posted by
terhubung
at
11:01 AM
Guru terbesar mengajarkan diri sendiri dalam bentuk kesusahan dan keputusasaan, tiada lain jerih payah yang tergambar dalam benak sang pencari pengetahuan terdiam dalam paku-paku yang tajam dan beromabk tebal, kita hanya sebutir biji yang tiada guna dimata sang khaliq sang pencipta, dasar-dasar kemanusiaan yang kita miliki adalah alur menuju perbedaan sisi lain dari kemanusiaan itu sendiri, dekat dengan batu pencakar langit tiada henti menghujam raga sang nafas yang menghembus dalam kebutaan matahari, keinginan yang membabi buta hanyalah hewani yang terasing dalam sastra pujangga yang tiada berarti, beginilah pemahaman tak awam ini ditulis, untuk mengartikannya butuh nalar sang filsafat yang agung dan bijaksana, bukan dengan kacamata sesutraan yang awam dan bukan bahasa yang terikat dengan kodrat nafas buatan, tidak akan pernah lelah memimpin dengan raga tiada henti dan takjub dalam segala kesulitan, aku bernaung dalam nama sang empunya jagat raya yang terbilang terdiam dan terangsang dalam pelukan kasih yang bijak dan soleh lagi pertapa janggut 7 helai hanya tertawa lirih berhasil mengumpulkan semak-semak jauh yang berdiri dibalik tembok teratapi membaca mantra yang tiada henti lalu berujar agar semua dunia takluk dibawah topi gunungnya yang tidak biasa, umur bumi sampai ditangannya adalah rekayasa pelita yang tiada asing bagi mata melihat tanpa noda, diam dalam jejak sastra yang biasa saja lalu terbang dalam pelita yang tiada asing bagi penderita luka dewa-dewi yang teramat mencintai gelimangan intan yang tiada isi dan hanya kilauan mata dan rasa tiada nampak cerminan luka batin kita saja, pelan-pelan lalu hilang dalam peredaran massa yang seribu kali mata menggali kisah manusia beradab dengan kaki menginjak batu yang terbang dalam fatamorgana kenistaan hasrat penguasa, lalu singgah di negeri yang tiada tahu siapa yang menakdirkan lalu dicampakkan dalam seongot kerat daging biasa yang sebutir tiada berguna, ya akhirnya kita hanya sebutir sesuatu yang telan dalam lubang fatamorgana tanpa tujuan ke arah mana dia berhenti dan berkumpul nantinya
Labels:
kekenyalan
0 comments:
Post a Comment