Friday, April 23, 2010

Menggali Potensi Diri

Mengenal diri sendiri adalah dasar dari tindakan-tindakan untuk mencapai sebuah cita-cita besar. Dalam 13 Bab Strategi Perang Sun Tzu dinyatakan, “Mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri sekaligus mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan, maka 100 kali berperang 100 kali menang.” Sementara, “Mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri tetapi tidak mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan, maka 100 kali berperang, 50 kali menang 50 kali kalah.” Sebaliknya, “Tidak tahu kekuatan dan kelemahan diri sendiri maupun kekuatan dan kelemahan lawan, maka 100 kali berperang 100 kali pasti kalah.”


Dibanding ciptaan Tuhan yang lainnya, boleh dikata manusia adalah ciptaan yang paling sempurna. Kesempurnaan di sini dapat dilihat dari kelengkapan sisi-sisi manusia itu sendiri, yaitu ada kebaikan ada pula keburukan. Ada kekuatan ada pula kelemahan. Manusia sebagai makhluk berpotensi yang selalu bertumbuh menuju aktualisasi dirinya, harus mengenali kedua sisi tersebut sebaik-baiknya.

Contoh: setelah menganalisis diri dengan saksama, kita dapati bahwa kita memiliki kekuatan personal seperti kreatifitas, ketajaman analisis, penerimaan terhadap hal-hal baru, semangat belajar yang tinggi, serta cita-cita atau tujuan-tujuan pribadi yang mulia. Tetapi pada saat yang sama, kita merasa memiliki kelemahan seperti kurang disiplin, tidak fokus, kurang konsisten, tidak berani mencoba, atau tidak berani ambil risiko.

Pada kasus ini, kita lihat betapa kekuatan berupa potensi-potensi diri yang istimewa menjadi sulit berkembang, karena kelemahan-kelemahan yang tidak bisa dikendalikan atau dikelola dengan baik. Titik krusialnya di sini adalah, memaksimalkan potensi atau kekuatan dan sekaligus meminimalkan pengaruh kelemahan kita. Caranya:

* Pertama berkomitmen untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan tersebut.
* Kedua, melakukan usaha yang sungguh-sungguh untuk menghentikan pengaruhnya setiap kali kelemahan diri tersebut muncul.
* Ketiga, menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan baru yang mendorong mencuatnya potensi kita, dan pada saat bersamaan membenamkan kelemahan-kelemahan kita.


Dan ketiga hal ini harus dimulai sekarang juga! Action is power! Tindakan adalah kekuatan!

* Pertama, kita harus mempunyai kemampuan mengoreksi sikap mental. Dengan demikian, kita bisa menumbuhkan keuletan dalam menempa diri dibandingkan dengan orang lain. Segala bentuk kemalasan harus segera dihindari kalau kita ingin memiliki masa depan cerah.
* Kedua, kita harus berada pada lingkungan dan sistem yang kondusif untuk terlecutnya potensi dan prestasi diri.

Hal ini karena faktor lingkungan sangat berpengaruh pada pribadi seseorang. Sebagai ilustrasi seperti pepatah berikut: ”Barangsiapa yang bergaul dengan pandai besi, niscaya dia akan terimbas bau bakaran atau bahkan akan pernah merasakan salah satu anggota tubuhnya terbakar. Sebaliknya, barangsiapa bergaul dengan penjual minyak wangi, maka tidak bisa tidak, tubuh atau bajunya akan menjadi ikut terimbas wewangian”.

Karena itu, perhatikan selalu lingkungan dan sistem yang melingkupi kita. Jika tidak kondusif, segeralah tinggalkan. Ketiga, yang tidak kalah penting adalah keseringan bersilaturahmi. Di dalam ajaran Islam bersilaturahmi itu sangat besar manfaatnya, antara lain dapat mempercepat datangnya kebaikan, memperpanjang umur, dan memperbanyak rezeki. Ada dua hadis yang menjelaskan keutamaan (fadhilah) bersilaturahmi, yakni, Pada dasarnya setiap manusia memiliki kekuatan dan potensi masing-masing. Tapi sampai saat ini masih banyak yang belum menyadari potensi di dalam dirinya sendiri. Padahal potensi setiap orang sangat menunjang kesuksesan hidupnya jika diasah dengan baik Secara keseluruhan, kita diciptakan Tuhan dengan kesempurnaan. Setiap manusia diciptakan dengan potensi untuk sukses. Kesuksesan, kebahagiaan, dan semangat adalah hak yang diberikan Sang Pencipta untuk kita. Cobalah lihat diri kita, kita mempunyai bakat dan kemampuan yang luar biasa dan menakjubkan, yang apabila digali dan dipergunakan dengan benar akan mengantarkan pada apapun yang kita inginkan.

Satu-satunya batas yang menghalangi kita meraih apa yang kita inginkan adalah “batasan-batasan yang kita buat sendiri”. Seringkali kita merasa “tidak bisa” sebelum kita melakukannya. Seringkali kita membatasi kemampuan diri kita tentang sesuatu. Kita sering mengatakan pada diri kita sendiri “Pekerjaan itu hanya untuk orang lain, bukan untuk saya. Kesuksesan itu adalah takdir orang lain, bukan takdir saya. Kekayaan itu adalah karunia buat orang lain, bukan untuk saya”. Kita membatasi itu dengan mengatakan pada diri kita bahwa orang lain bisa melakukannya dan saya tidak, orang lain berhak dan saya tidak.

Ada orang yang mengatakan bahwa Anda akan menjadi seseorang seperti apa yang paling sering anda impikan selama ini. Kehidupan di luar kita adalah cerminan apa yang sebenarnya terdapat dalam kehidupan dalam diri kita. Apa yang terjadi di luar adalah refleksi dari apa yang sebenarnya terjadi di dalam diri kita. Kalau kita sekarang miskin, itu karena kita menganggap diri kita tidak bisa kaya. Kalau sekarang kita tidak pandai, itu karena kita menganggap diri kita bodoh. Kalau kita sekarang tidak bahagia, itu karena kita menganggap diri kita ditakdirkan menjadi orang susah.

Kunci utama yang membentuk siapa kita adalah pikiran kita. Pikiran dapat membuat kita bahagia atau sedih. Pikiran kita bisa membuat kita sukses atau gagal. Pikiran kita bisa membuat kita sebagai pemenang atau pecundang. Pikiran kita bisa membuat kita percaya diri atau rendah diri. Pikiran kita, dan tindakan-tindakan kita yang dipicu oleh pikiran itu, adalah hal yang akan menentukan siapa diri kita. Hal yang membatasi tindakan kita adalah adanya rasa takut. Takut akan kegagalan dan takut akan penolakan. Mungkin hal itu disebabkan cara pendidikan masa kecil kita yang salah, sehingga kita selalu mendapat larangan dan kritikan setiap kita melakukan proses belajar. Kata-kata “Jangan”, “Letakkan”, “Stop” atau larangan-larangan yang lain selalu kita dengar sehingga kita akan mengekspresikan diri kita dengan kata-kata “Saya tidak mampu”.

Rasa takut akan kegagalan adalah faktor penyebab kegagalan. Kita bahkan sudah berhenti melakukan sebelum kita mengerjakan sesuatu untuk pertama kalinya.Bukannya kita menggunakan akal pikiran kita yang sangat menakjubkan itu untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan, malah kita menggunakan kemampuan kita untuk mencari alasan bahwa “Kita tidak mampu dan apapun yang kita inginkan pasti tidak akan kita peroleh”

Bagaimana cara kita mengatasi rasa takut itu? Kita bisa mengatasi rasa takut dengan cara melakukan hal-hal yang kita takuti sampai rasa takut itu tidak dapat menguasai diri kita lagi. Thomas J. Watson Sr. pendiri IBM, berkata: “Jika ingin meraih kesuksesan dengan lebih cepat, kau harus melipatgandakan tingkat kegagalanmu. Kesuksesan berada di ujung seberang kegagalan.”. Nasib baik selalu muncul setelah nasib buruk. Semakin banyak kita mengalami kegagalan, semakin dekat kita mencapai kesuksesan. Kegagalan selalu berada diantara rencana-rencana kita dan kesempatan kedua kita. Sehingga kalau kita yakin bahwa selalu ada kesempatan kedua setelah kegagalan, maka keberhasilan adalah sebuah keniscayaan bagi kita.
Saya mengutip kata-kata yang berisi deskripsi kegagalan oleh Bp. Mario Teguh sbb:

Kegagalan adalah tanda tidak tepatnya arah.
Dengannya, penyesuaian adalah nama perjalanannya.
Kegagalan adalah tanda tidak cukup baiknya cara.
Sehingga, peningkatan adalah nama pelatihannya.
Kegagalan adalah sebetulnya tertundanya sebuah keberhasilan.
Oleh karena itu, kesabaran adalah nama penantiannya.
Kegagalan adalah tanda tidak cukupnya kekuatan.
Itu sebabnya, kesungguhan adalah nama keharusannya.
Kegagalan adalah tanda akan adanya jaminan keberhasilan.
Dan...iman, adalah nama dari keyakinan

sumber:http://b4mby.multiply.com/journal/item/19/Menggali_Potensi_Diri

0 comments:

Post a Comment